Rumus Cara Menghitung BEP (Break Even Point) disertai Contohnya
Rumus Cara Menghitung BEP (Break Even Point) disertai Contohnya

Rumus Cara Menghitung BEP (Break Even Point) disertai Contohnya

Pada artikel ini, kita akan membahas mengenai “cara menghitung BEP,” yang merupakan konsep penting dalam dunia bisnis. BEP, atau Break-Even Point, adalah salah satu elemen kunci dalam perencanaan bisnis yang membantu pengusaha untuk menentukan pada titik mana usaha mereka akan mencapai titik impas, di mana pendapatan yang diterima sama dengan biaya yang dikeluarkan. Memahami cara menghitung BEP adalah langkah kritis dalam mengelola bisnis dengan efisien dan efektif.

Dalam artikel ini, kita akan menguraikan langkah-langkahnya secara mendalam, mulai dari pengertian dasar BEP hingga perhitungan yang lebih kompleks. Selain itu, kami juga akan memberikan contoh praktis dan catatan penting yang perlu diperhatikan ketika mengaplikasikan konsep ini dalam bisnis Anda. Mari kita mulai dengan pemahaman dasar mengenai apa itu Break-Even Point.

Pengertian Break Even Point (BEP) Menurut Para Ahli

Beberapa ahli bisnis memiliki definisi yang berbeda mengenai BEP. Namun, pada dasarnya, BEP adalah titik di mana bisnis tidak menghasilkan keuntungan atau kerugian. Berikut daftarnya:

Mulyadi

Mulyadi mendefinisikan BEP sebagai keadaan impas di mana sebuah bisnis tidak mendapatkan laba, tapi juga tidak menderita kerugian. Hal itu terjadi apabila jumlah pendapatannya sama dengan jumlah biaya, atau jika laba kontribusi digunakan untuk menutup biaya jasa.

Harahap

Menurut Harahap, BEP adalah kondisi atau kinerja perusahaan di mana tidak adanya laba dan tidak mengalami kerugian. Artinya, semua biaya yang sudah dikeluarkan bisa tertutup dari pendapatan suatu produk.

Horngren, Sundem, dan Stratton

Bagi Horngren, Sundem, dan Stratton, BEP merupakan titik di mana total pendapatan sama dengan total biaya.

Hansen dan Mowen

Hansen dan Mowen mendefinisikan BEP sebagai titik di mana total biaya sama dengan total pendapatan, sehingga perusahaan tidak mengalami kerugian maupun keuntungan.

Kieso, Weygandt, dan Warfield

Menurut Kieso, Weygandt, dan Warfield, BEP merupakan titik di mana perusahaan tidak mengalami keuntungan maupun kerugian.

Garrison dan Noreen

Garrison dan Noreen mendefinisikan BEP sebagai suatu titik di mana pendapatan sama dengan biaya total dan laba bersih sama dengan nol.

Tujuan dan Fungsi BEP

Perhitungan BEP tentunya sangat bermanfaat bagi perencanaan sebuah perusahaan. Berikut di antara tujuan dan fungsinya:

Mengetahui Sisa Kapasitas Produksi

Mengetahui nilai BEP yang dihasilkan memungkinkan pengusaha memperkirakan jumlah sisa kapasitas produksi setelah mencapai nilai BEP tersebut.

Menentukan Kebijakan Produksi yang Tepat

Nilai BEP dapat digunakan perusahaan untuk menentukan kebijakan produksi yang tepat.

Mengukur Pengaruh Perubahan Harga Produk

Nilai BEP bisa membantu pengusaha mengetahui perubahan nilai keuntungan saat harga produk berubah. Nilai BEP sangat dipengaruhi oleh biaya produksi dan keuntungan. Jadi, ketika nilai salah satu elemen meningkat, maka elemen lainnya juga meningkat, begitu pula sebaliknya.

Prediksi Potensi Kerugian

BEP bisa dipertimbangkan untuk memprediksi potensi kerugian jika terjadi penurunan penjualan.

Dasar Mengendalikan Aktivitas yang Sedang Berjalan

BEP dapat dijadikan dasar atau landasan mengendalikan aktivitas yang sedang berjalan.

Pertimbangan dalam Menentukan Harga Jual

BEP digunakan sebagai pertimbangan untuk menentukan harga jual yang optimal bagi produk atau layanan perusahaan.

Elemen/Komponen Break Even Point (BEP)

Dalam menghitung Break Even Point (BEP), terdapat beberapa elemen atau komponen yang harus diketahui. Berikut daftarnya:

Biaya Tetap

Biaya tetap adalah biaya yang tidak berubah meskipun jumlah produksi atau penjualan mengalami perubahan. Biaya tetap meliputi biaya gaji karyawan, sewa gedung, dan biaya administrasi.

Biaya Variabel

Biaya variabel adalah biaya yang berubah sesuai dengan jumlah produksi atau penjualan. Biaya variabel meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya pengiriman.

Harga Pokok Penjualan

Harga pokok penjualan adalah total biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi dan menjual suatu produk atau jasa. Harga pokok penjualan meliputi biaya tetap dan biaya variabel.

Margin Pendapatan/Laba

Margin pendapatan/laba adalah selisih antara harga jual produk atau jasa dengan biaya variabel yang dikeluarkan. Margin pendapatan/laba yang dihasilkan harus mencukupi untuk menutupi biaya tetap dan mencapai titik impas atau BEP.

Cara Menghitung dengan 2 Rumus BEP

Ada dua jenis perhitungan BEP, yaitu menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi BEP dan menghitung berapa rupiah penjualan yang perlu diterima agar tidak terjadi BEP. Mengutip situs Universitas Persada Indonesia YAI (UPI YAI), berikut rumus kedua jenis perhitungannya:

1. Rumus BEP untuk Menghitung Berapa Unit yang Harus Dijual Agar Terjadi BEP

Rumus ini bisa dihitung dengan cara membagi total biaya tetap produksi (Production Fixed Cost) dengan Harga Jual per Unit (Sales Price per Unit) dikurangi biaya Variabel yang digunakan untuk menghasilkan produk (Variable Cost). Berikut rumusnya:

BEP (dalam Unit) = Biaya Tetap Produksi / (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel per Unit)

BEP (dalam Unit) = Biaya Tetap Produksi / Margin Kontribusi per Unit

2. Rumus BEP untuk Menghitung Berapa Rupiah Penjualan yang Perlu Diterima Agar Terjadi BEP

Rumus ini bisa dihitung dengan cara membagi total biaya tetap produksi (Production Fixed Cost) dengan Harga Jual per Unit (Sales Price per Unit) dikurangi biaya Variabel yang digunakan untuk menghasilkan produk (Variable Cost), kemudian dikalikan dengan Harga per Unit lagi. Begini rumusnya:

BEP (dalam Rupiah) = Biaya Tetap Produksi / (Margin Kontribusi per Unit x Harga per Unit)

Keterangan:

  • Biaya tetap (Fixed Cost) = Biaya yang jumlahnya tetap (baik sedang berproduksi maupun tidak)
  • Biaya Variabel (Variable Cost) = Biaya yang jumlahnya meningkat, sejalan peningkatan jumlah produksi, seperti bahan baku, bahan baku listrik, bahan bakar, dll.
  • Harga Jual per unit = Harga jual barang atau jasa per unit yang dihasilkan
  • Biaya Variabel per unit = Total biaya variabel per Unit
  • Margin Kontribusi per Unit = Harga Jual per Unit – Biaya variabel per unit.

Contoh Menghitung BEP

Agar kamu lebih paham, berikut contoh perhitungan untuk menghitung berapa unit yang harus dijual agar terjadi BEP dan untuk menghitung berapa rupiah penjualan yang perlu diterima agar terjadi BEP. Mengutip situs Universitas Sains dan Teknologi Komputer (STEKOM) dan UPI YAI.

Contoh 1: Perusahaan PT XVT – Menghitung BEP dalam Unit

Perusahaan PT XVT yang bergerak dalam bisnis konveksi sepatu memiliki data dan rencana produksi seperti berikut:

  • Biaya tetap sebesar Rp 120 juta.
  • Biaya variabel per unit sebesar Rp 200.000.
  • Harga jual per unitnya yaitu Rp 350.000.

Berapa unit yang harus diproduksi agar perusahaan mencapai BEP?

Diketahui:

  • Biaya tetap: Rp 120.000.000
  • Biaya variabel per unit: Rp 200.000
  • Harga jual per unit: Rp 350.000

Jawab:

BEP Unit = Biaya Tetap Produksi / (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel per Unit)

BEP Unit = 120.000.000 / (350.000 – 200.000)

BEP Unit = 120.000.000 / 150.000

BEP Unit = 800 unit.

Jadi, perusahaan akan mencapai BEP jika memproduksi sepatu sebanyak 800 unit. Artinya, apabila perusahaan berhasil memproduksi dalam jumlah tersebut, maka tidak akan memperoleh keuntungan dan tidak mengalami kerugian.

Contoh 2: Perusahaan Smartphone – Menghitung BEP dalam Unit dan Rupiah

Sebuah perusahaan yang memproduksi Smartphone ingin mengetahui jumlah unit yang harus diproduksi agar mencapai BEP atau titik impasnya. Biaya tetap produksinya adalah Rp 500 juta, sedangkan biaya variabelnya sebesar Rp 1 juta. Harga jual per unitnya adalah Rp 1,5 juta.

Diketahui:

  • Biaya tetap: Rp 500.000.000
  • Biaya variabel per unit: Rp 1.000.000
  • Harga jual per unit: Rp 1.500.000

Menghitung BEP dalam Unit:

BEP Unit = Biaya Tetap Produksi / (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel per Unit)

BEP Unit = 500.000.000 / (1.500.000 – 1.000.000)

BEP Unit = 500.000.000 / 500.000

BEP Unit = 1.000 unit.

Menghitung BEP dalam Rupiah:

BEP (dalam Rupiah) = Biaya Tetap Produksi / (Margin Kontribusi per unit x Harga per Unit)

BEP (dalam Rupiah) = 500.000.000 / (1.500.000 – 1.000.000) x 1.500.000

BEP (dalam Rupiah) = 500.000.000 / 500.000 x 1.500.000

BEP (dalam Rupiah) = 1.500.000.000.

Jadi, perusahaan harus mencapai penjualan sebanyak Rp 1,5 miliar agar mencapai BEP (tidak untung dan tidak rugi).

Faktor yang Meningkatkan Masa BEP

Ketika bisnis telah mencapai BEP, maka perusahaan akan mulai mencapai keuntungan. Namun, ada beberapa faktor yang dapat meningkatkan masa BEP, yaitu:

Produksi Barang Bertambah

Jika perusahaan memutuskan untuk meningkatkan produksi, maka biaya produksi akan semakin besar. Sebagai hasilnya, akan meningkatkan masa BEP. Hal ini karena semakin banyak barang yang diproduksi, maka semakin banyak pula biaya produksi yang dikeluarkan.

Biaya Bahan Produksi Naik

Kenaikan biaya bahan produksi dapat berdampak besar pada masa BEP. Jika biaya bahan produksi naik, maka biaya produksi keseluruhan akan meningkat dan memerlukan waktu yang lebih lama untuk mencapai BEP.

Perbaikan Alat

Jika mesin atau peralatan yang digunakan dalam produksi mengalami kerusakan dan memerlukan perbaikan atau penggantian, biaya produksi akan meningkat. Hal ini dapat meningkatkan masa BEP karena biaya produksi akan meningkat.

Cara Mempercepat Masa Break Even Point (BEP)

Dalam bisnis, semakin cepat masa BEP tercapai, semakin baik juga kondisi keuangan perusahaan. Berikut adalah beberapa cara untuk mempercepat masa BEP minimal per poin.

1. Meningkatkan Jumlah Penjualan Produk

Salah satu cara untuk mempercepat masa BEP adalah dengan meningkatkan jumlah penjualan produk. Semakin banyak produk yang terjual, maka semakin cepat BEP tercapai. Oleh karena itu, perusahaan perlu melakukan strategi pemasaran yang efektif dan efisien agar produk dapat dikenal oleh konsumen dan memperoleh minat dari mereka.

2. Menaikkan Harga/Memperbanyak Margin Laba

Selain meningkatkan penjualan, cara lain untuk mempercepat masa BEP adalah dengan menaikkan harga produk atau memperbanyak margin laba. Namun, perlu diperhatikan bahwa kenaikan harga harus disesuaikan dengan kondisi pasar dan kemampuan daya beli konsumen. Jangan sampai kenaikan harga malah membuat konsumen beralih ke produk pesaing yang lebih murah.

3. Menekan Biaya Produksi

Cara lain yang bisa dilakukan untuk mempercepat masa BEP adalah dengan menekan biaya produksi. Biaya produksi yang rendah akan membuat perusahaan bisa mencapai BEP lebih cepat. Perusahaan bisa melakukan efisiensi biaya produksi dengan mencari bahan baku yang lebih murah namun tetap berkualitas, mengoptimalkan penggunaan energi listrik dan air, serta meminimalisir kerusakan dan kegagalan mesin produksi.

4. Efisiensi Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam produksi suatu produk. Untuk mempercepat masa BEP, perusahaan perlu memastikan bahwa tenaga pekerja yang dimiliki efisien dan efektif dalam menjalankan tugasnya. Perusahaan bisa memberikan pelatihan atau training bagi tenaga kerja agar mereka dapat meningkatkan kualitas dan produktivitas kerja, sehingga waktu produksi bisa lebih cepat dan biaya produksi dapat ditekan.

Penutup

Dalam artikel ini, kita telah membahas dengan mendalam mengenai Break Even Point (BEP) atau titik impas dalam bisnis. Kami telah menjelaskan pengertian BEP, rumus-rumus untuk menghitungnya, contoh perhitungan, faktor-faktor yang dapat mempengaruhi masa BEP, dan cara mempercepat mencapai BEP.

Mengerti dan mengelola BEP adalah langkah kunci dalam perencanaan bisnis yang sukses. Dengan memahami titik impas, perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih baik dalam pengelolaan keuangan, harga produk, dan strategi pemasaran.

Semoga artikel ini bermanfaat dan dapat membantu Anda dalam mengoptimalkan bisnis Anda. Jika Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut atau memerlukan bantuan tambahan, jangan ragu untuk menghubungi kami. Terima kasih telah membaca!

 

Q: Bagaimana cara menghitung BEP?

A: Cara menghitung BEP adalah dengan membagi total biaya tetap produksi (Production Fixed Cost) dengan selisih antara Harga Jual per Unit (Sales Price per Unit) dan Biaya Variabel per Unit.

 

Q: Apa itu BEP dan rumusnya?

A: BEP, atau Break Even Point, adalah titik di mana perusahaan tidak menghasilkan keuntungan atau kerugian. Rumusnya adalah BEP (dalam Unit) = Biaya Tetap Produksi / (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel per Unit).

 

Q: Apa yang dimaksud dengan BEP unit?

A: BEP unit adalah jumlah produk atau unit yang harus dijual atau diproduksi agar perusahaan mencapai Break Even Point (BEP) dan tidak mengalami kerugian.

 

Q: Kapan analisis break even point lebih sering digunakan?

A: Analisis Break Even Point (BEP) lebih sering digunakan dalam perencanaan bisnis dan manajemen keuangan untuk menentukan titik impas dalam suatu usaha atau proyek.

 

Q: Apa itu BEP unit dan contohnya?

A: BEP unit adalah jumlah produk atau unit yang harus dijual atau diproduksi agar perusahaan mencapai titik impas. Contohnya, jika BEP unit adalah 500 unit, perusahaan harus menjual 500 unit produk untuk mencapai titik impas.

 

Q: Bagaimana rumus dan cara menghitung Break Event Point BEP dalam proses produksi?

A: Rumus untuk menghitung BEP dalam proses produksi adalah BEP (dalam Unit) = Biaya Tetap Produksi / (Harga Jual per Unit – Biaya Variabel per Unit). Cara menghitungnya adalah dengan membagi biaya tetap produksi dengan selisih antara harga jual per unit dan biaya variabel per unit.

 

Q: Ada 2 macam BEP apa saja?

A: Ada dua macam BEP, yaitu BEP dalam unit (jumlah produk yang harus dijual) dan BEP dalam rupiah (jumlah penjualan dalam nilai uang yang harus dicapai).

 

Q: Bagaimana cara menghitung biaya variabel?

A: Biaya variabel per unit dapat dihitung dengan mengurangkan biaya tetap produksi dari harga jual per unit, atau dengan mengidentifikasi komponen biaya yang berubah berdasarkan jumlah produksi atau penjualan.

Rumus Cara Menghitung BEP (Break Even Point) disertai Contohnya