Dalam dunia bisnis, salah satu aspek yang sangat penting adalah menghitung HPP atau Harga Pokok Penjualan. HPP adalah informasi kunci yang membantu perusahaan untuk memahami berapa biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan produk atau jasa yang mereka tawarkan. Dengan pemahaman yang baik tentang cara menghitung HPP, perusahaan dapat mengambil keputusan yang lebih bijak dalam hal penetapan harga, pengelolaan stok, dan perencanaan keuangan secara keseluruhan.
Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi langkah-langkah yang diperlukan untuk menghitung HPP dengan benar. Setiap langkah akan dijelaskan secara rinci, dan saya akan memberikan contoh konkret untuk memudahkan pemahaman.
Definisi HPP
Harga Pokok Penjualan (HPP) adalah konsep penting dalam dunia akuntansi dan bisnis. Dalam berbagai literatur, HPP didefinisikan dengan berbagai cara:
Definisi Pertama
Menurut Jurnal STEI Ekonomi Volume 27 Nomor 1 oleh Nelli Novyarni, HPP adalah salah satu komponen dalam laporan laba rugi. Komponen ini sangat penting dan menjadi perhatian utama manajemen dalam mengendalikan operasional bisnis yang mereka jalankan.
Definisi Kedua
Dalam buku yang berjudul “Ekonomi: Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial” karya Basuki Darsono, HPP dijelaskan sebagai sejumlah biaya yang timbul dari barang yang diproduksi dan dijual dalam kegiatan bisnis. Peran HPP ini sangat signifikan dalam perhitungan aktivitas usaha.
Definisi Ketiga
Istilah sederhana yang dapat menggambarkan HPP adalah bahwa ini sangat berguna untuk memantau kinerja bisnis yang sedang berjalan. Artinya, HPP membantu dalam menghitung biaya pokok barang dagangan yang dijual dalam periode waktu tertentu.
Definisi Keempat
Dalam buku “Modul Akuntansi Biaya” yang ditulis oleh Ludwina Harahap, HPP dijelaskan sebagai biaya yang muncul dari aktivitas produksi. Ini mengimplikasikan bahwa HPP bukanlah biaya yang terkait dengan barang atau jasa yang hanya disimpan dan tidak dijual. Untuk memahami HPP secara lebih mendalam, penting untuk mengetahui unsur-unsur yang memengaruhi perhitungannya.
Unsur-Unsur yang Mempengaruhi Perhitungan Aktivitas Produksi
Dalam konteks perhitungan aktivitas produksi, terdapat unsur-unsur HPP yang berpengaruh signifikan. Menurut buku “Akuntansi Manajerial” yang ditulis oleh Hansen dan Mowen, unsur-unsur produksi yang memengaruhi perhitungan aktivitas produksi adalah sebagai berikut:
1. Biaya Bahan Baku
Salah satu unsur utama HPP adalah biaya bahan baku. Ini adalah unsur dasar yang digunakan untuk menghasilkan produk barang jadi. Biasanya, bahan baku yang digunakan untuk produksi barang dapat berasal dari pembelian lokal, impor, atau bahkan diproduksi sendiri. Biaya bahan baku sebagai unsur HPP mencakup harga dari bahan-bahan pokok yang digunakan untuk membuat produk.
2. Biaya Tenaga Kerja
Unsur berikutnya dalam HPP adalah biaya tenaga kerja, yang terbagi menjadi dua jenis:
– Biaya Tenaga Kerja Langsung
Biaya tenaga kerja langsung adalah komponen biaya yang digunakan untuk menghitung Harga Pokok Penjualan. Biaya ini terkait langsung dengan produksi barang atau jasa. Tenaga kerja langsung berperan aktif dalam proses produksi.
– Biaya Tenaga Kerja Tidak Langsung
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah unsur HPP yang mencakup semua biaya tenaga kerja yang secara tidak langsung terlibat dalam produksi. Tenaga kerja tidak langsung tidak terlibat secara langsung dalam operasi atau produksi tertentu, dan ini termasuk dalam kategori biaya overhead.
3. Biaya Overhead Pabrik
Unsur HPP yang ketiga adalah biaya overhead pabrik. Ini mencakup semua biaya yang terjadi dalam pembuatan suatu produk. Biaya overhead pabrik dapat bervariasi berdasarkan skala usaha, jenis usaha, sumber daya yang digunakan, dan berbagai faktor lainnya.
Pemahaman yang baik tentang unsur-unsur HPP ini adalah kunci untuk menghitung HPP secara akurat dalam konteks aktivitas produksi. Setiap unsur memiliki peran yang penting dalam menentukan total biaya produksi yang dibutuhkan untuk menghasilkan barang atau jasa.
Komponen Harga Pokok Penjualan
Dalam perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP), terdapat beberapa komponen kunci yang dijelaskan dalam jurnal STEI sebagai berikut:
1. Persediaan Barang Dagang
Persediaan barang dagang mencakup semua barang yang tersedia dan akan dijual, baik pada saat ini maupun di masa yang akan datang. Barang ini bisa diperoleh dengan dua cara, yaitu dengan mengolahnya sendiri atau melakukan pembelian dari pihak lain.
2. Pembelian
Pembelian merupakan proses bisnis yang umumnya dilakukan untuk memenuhi kebutuhan akan barang atau jasa. Dalam jurnal, Bodnar Hopwood menjelaskan bahwa pembelian adalah proses pemilihan sumber, pemesanan, dan penerimaan barang dan jasa.
3. Retur Pembelian
Retur pembelian terjadi ketika sebagian barang yang telah dibeli harus dikembalikan kepada penjual. Hal ini bisa disebabkan oleh cacat produk, kerusakan, atau ketidaksesuaian dengan pesanan. Retur pembelian mencerminkan pengembalian barang ke dalam proses persediaan.
4. Potongan Pembelian
Potongan pembelian adalah potongan harga yang diberikan pada saat pembelian barang, baik secara tunai maupun kredit, dengan syarat tertentu. Beberapa contoh potongan pembelian meliputi:
- Potongan Tunai: Biasanya diberikan jika pembayaran dilakukan lebih cepat dari jangka waktu kredit yang disepakati.
- Potongan Perdagangan: Seringkali diberikan ketika pembeli melakukan pembelian dalam jumlah besar. Potongan ini biasanya bersifat musiman dan hanya tersedia selama periode promosi.
5. Beban Angkut Pembelian
Beban angkut pembelian, yang juga dikenal sebagai “freight in” atau “freight paid,” merupakan biaya yang dibayarkan oleh pembeli untuk mengcover biaya pengiriman barang ke lokasi tertentu. Biaya ini merupakan bagian dari biaya yang harus diperhitungkan dalam menentukan HPP.
Cara Menghitung HPP Perusahaan Dagang
Dalam perusahaan dagang, perhitungan Harga Pokok Penjualan (HPP) adalah langkah krusial untuk mengukur kinerja keuangan. Cara menghitung HPP dapat berbeda-beda tergantung pada jenis perusahaan, namun, untuk perusahaan dagang, berikut adalah rumus yang umum digunakan:
Rumus HPP Perusahaan Dagang
HPP = (Persediaan Awal + Pembelian) – Persediaan Akhir
Dalam rumus ini:
- HPP adalah Harga Pokok Penjualan.
- Persediaan Awal adalah jumlah barang yang tersedia di awal periode akuntansi perusahaan.
- Pembelian adalah total pembelian barang dagangan yang dilakukan oleh perusahaan, baik secara tunai maupun kredit, ditambah dengan biaya langsung seperti ongkos kirim.
- Persediaan Akhir adalah jumlah barang yang masih tersedia di akhir periode akuntansi perusahaan.
Contoh Penerapan Rumus
Mari kita lihat contoh berikut:
Sebuah toko kue membuat laporan akhir tahun dengan saldo persediaan sebagai berikut:
- Persediaan awal barang tahun 2021 = Rp500.000.000.
- Pembelian barang selama tahun 2021 = Rp750.000.000.
- Persediaan akhir barang tahun 2021 = Rp200.000.000.
Dari laporan tersebut, Harga Pokok Penjualan yang didapatkan oleh perusahaan dapat dihitung sebagai berikut:
HPP = Rp750.000.000 + Rp500.000.000 – Rp200.000.000 = Rp1.050.000.000.
Dari angka ini, dapat dipahami bahwa toko kue tersebut telah menjual barang dagangan senilai Rp1.050.000.000 selama tahun 2021. Perhitungan HPP seperti ini sangat penting karena membantu perusahaan dalam menentukan besaran keuntungan dan kerugian yang dihasilkan dari penjualan. Perhitungan ini perlu dilakukan secara rutin, terutama pada akhir tahun, untuk pengelolaan keuangan yang lebih baik.
Cara Menghitung HPP Perusahaan Manufaktur
Pada jenis perusahaan seperti perusahaan manufaktur, yang menghasilkan produk dari bahan mentah hingga menjadi barang jadi, cara menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP) melibatkan rumus berikut:
Rumus HPP Perusahaan Manufaktur
HPP = Harga Pokok Produksi + Persediaan Awal Barang Jadi – Persediaan Akhir Barang Jadi
Langkah pertama dalam menghitung HPP untuk perusahaan jenis ini adalah dengan menghitung Harga Pokok Produksi terlebih dahulu. Cara menghitung Harga Pokok Produksi dapat dijabarkan dalam rumus berikut:
Rumus Harga Pokok Produksi
Harga Pokok Produksi = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja + Biaya Overhead Pabrik
Sebagai contoh, mari kita lihat bagaimana cara menghitung HPP untuk pesanan bulan Februari dari PT.ABC, yang membutuhkan 10.137 pcs screw AGG75620701. Barang ini akan dikirim secara bertahap sesuai permintaan dari bagian purchasing pihak pelanggan oleh PT. XYZ
Perhitungan Total Biaya Produksi:
- Biaya Bahan Baku = Rp 2.713.448,03
- Biaya Tenaga Kerja = Rp 133.784,07
- Biaya Overhead Pabrik = Rp 113.889,28
Total Biaya Produksi = Rp. 2.961.121,38
Perhitungan Harga Pokok Penjualan:
HPP = Total Biaya Produksi + (10% x Total Biaya Produksi)
HPP = Rp 2.961.121,38 + (10% x Rp 2.961.121,38)
HPP = Rp 2.961.121,28 + Rp 296.112,14
HPP = Rp 3.257.233,42
Dengan demikian, HPP yang dihasilkan oleh PT. XYZ untuk pesanan bulan Februari dari PT.XYZ adalah sebesar Rp 3.257.233,42. Perhitungan ini memungkinkan perusahaan manufaktur untuk memahami biaya produksi dan mengatur harga penjualan dengan lebih akurat sesuai dengan permintaan pelanggan.
Cara Menghitung Harga Pokok Penjualan
Menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP) melibatkan empat tahap yang perlu ditempuh. Berikut adalah penjelasan rinci tentang setiap tahap:
Tahap 1: Menghitung Biaya Bahan Baku
Pertama-tama, kita perlu menghitung biaya bahan baku yang digunakan. Ini dapat dilakukan dengan menjumlahkan saldo awal bahan baku dan pembelian bahan baku, kemudian dikurangkan dengan saldo akhir bahan baku. Rumus untuk menghitung biaya bahan baku adalah:
Biaya Bahan Baku = Saldo Awal Bahan Baku + Pembelian Bahan Baku – Saldo Akhir Bahan Baku
Tahap 2: Menghitung Biaya Produksi
Langkah berikutnya adalah menghitung biaya produksi. Cara menghitung biaya produksi adalah dengan menjumlahkan tiga komponen biaya dari HPP, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead produksi. Dengan demikian, rumus untuk menghitung biaya produksi adalah:
Biaya Produksi = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead Produksi
Tahap 3: Menentukan Harga Pokok Produksi
Setelah menghitung biaya produksi, langkah selanjutnya adalah menentukan Harga Pokok Produksi. Cara menghitungnya adalah dengan menjumlahkan total biaya produksi dan saldo awal persediaan barang, kemudian dikurangkan dengan saldo akhir persediaan barang. Rumus untuk menghitung harga pokok produksi adalah:
Harga Pokok Produksi = Total Biaya Produksi + Saldo Awal Persediaan Barang – Saldo Akhir Persediaan Barang
Tahap 4: Menghitung Harga Pokok Penjualan
Terakhir, untuk menghitung Harga Pokok Penjualan, kita perlu menjumlahkan harga pokok produksi dengan saldo awal persediaan barang, kemudian mengurangkan saldo akhir persediaan barang. Rumus untuk menghitung Harga Pokok Penjualan adalah:
Harga Pokok Penjualan (HPP) = Harga Pokok Produksi + Saldo Awal Persediaan Barang – Saldo Akhir Persediaan Barang
Dengan menyelesaikan keempat tahap ini, kita dapat memperoleh nilai Harga Pokok Penjualan yang akan membantu perusahaan dalam mengelola biaya produksi dan menentukan harga jual produk dengan lebih akurat.
Kesimpulan
Dalam artikel ini, kita telah membahas cara menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP) dengan rinci, terutama dalam konteks perusahaan dagang dan perusahaan manufaktur. HPP adalah informasi yang sangat penting dalam mengelola bisnis, karena itu memungkinkan perusahaan untuk:
- Memahami biaya yang terlibat dalam produksi atau perolehan barang dagangan.
- Menentukan harga jual yang menguntungkan.
- Mengukur kinerja keuangan perusahaan.
Penting untuk diingat bahwa cara menghitung HPP dapat bervariasi tergantung pada jenis bisnis dan proses produksinya. Untuk perusahaan dagang, HPP dihitung dengan memperhitungkan pembelian bersih dan biaya langsung. Sementara itu, perusahaan manufaktur melibatkan perhitungan harga pokok produksi sebagai salah satu langkah penting dalam menentukan HPP.
Dengan pemahaman yang baik tentang cara menghitung HPP, perusahaan dapat membuat keputusan yang lebih tepat dalam hal penetapan harga, perencanaan stok, dan pengelolaan keuangan secara keseluruhan. Itu memungkinkan perusahaan untuk mencapai tujuan keuangan mereka dan mengoptimalkan kinerja bisnis mereka.
Pertanyaan Umum
Q: Apa rumus untuk menghitung HPP?
A: Rumus untuk menghitung Harga Pokok Penjualan (HPP) dapat bervariasi tergantung pada jenis perusahaan. Untuk perusahaan dagang, rumus umumnya adalah HPP = (Persediaan Awal + Pembelian) – Persediaan Akhir. Sementara untuk perusahaan manufaktur, HPP = Harga Pokok Produksi + Persediaan Awal Barang Jadi – Persediaan Akhir Barang Jadi.
Q: Apa yang dimaksud dengan HPP dan tuliskan rumusnya?
A: HPP adalah singkatan dari Harga Pokok Penjualan. Rumusnya berbeda tergantung pada jenis perusahaan. Untuk perusahaan dagang, rumus HPP umumnya adalah HPP = (Persediaan Awal + Pembelian) – Persediaan Akhir. Sedangkan untuk perusahaan manufaktur, rumusnya adalah HPP = Harga Pokok Produksi + Persediaan Awal Barang Jadi – Persediaan Akhir Barang Jadi.
Q: Gimana cara menghitung biaya produksi?
A: Cara menghitung biaya produksi melibatkan penjumlahan tiga komponen biaya utama, yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead produksi. Rumusnya adalah Biaya Produksi = Biaya Bahan Baku + Biaya Tenaga Kerja Langsung + Biaya Overhead Produksi.
Q: Salah satu langkah dalam menghitung HPP adalah?
A: Salah satu langkah penting dalam menghitung HPP adalah menghitung harga pokok produksi. Ini melibatkan penjumlahan total biaya produksi dengan saldo awal persediaan barang, kemudian dikurangkan dengan saldo akhir persediaan barang.
Q: HPP terdiri dari apa saja?
A: HPP terdiri dari berbagai komponen, tergantung pada jenis perusahaan. Namun, secara umum, HPP dapat terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead, dan biaya produksi, jika berlaku.
Q: Salah satu langkah dalam menghitung HPP adalah?
A: Salah satu langkah dalam menghitung HPP adalah menghitung biaya bahan baku. Ini dilakukan dengan menjumlahkan saldo awal bahan baku dengan pembelian bahan baku, kemudian dikurangkan dengan saldo akhir bahan baku.
Q: Apa itu HPP produk?
A: HPP produk adalah Harga Pokok Penjualan khusus untuk produk tertentu. Ini mencerminkan biaya yang terkait dengan produksi atau perolehan produk tersebut.
Q: Kenapa perlu menghitung HPP?
A: Menghitung HPP penting karena membantu perusahaan dalam mengelola biaya produksi, menentukan harga jual yang menguntungkan, dan mengukur kinerja keuangan. Ini memungkinkan perusahaan untuk membuat keputusan yang lebih tepat dalam pengelolaan bisnisnya.